Jumat, 05 Maret 2010

PENGANTAR THORIQOH DAN TASAWUF, KAMI KUTIB DARI THORIQOH SHIDDIQIYYAH

ada baiknya saya sedikit memberikan informasi tentang bagaimana kita menghadapi kerumitan-kerumitan dan kenjlimetan-kenjlimetan di dalam mempelajari sesuatu. Terutama dalam hal ini adalah di dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan tasawuf.
1. Tasawuf (saya yakin anda sudah paham), bukan ilmu teoritis yang bisa dipelajari hanya melalui buku-buku, dialog-dialog, diskusi-diskusi, melalui pembicaraan-pembicaraan. Melainkan harus dipelajari secara praktek. Artinya, sudah waktunya bagi peminat-peminat tasawuf untuk mulai (bagi yang belum), memilih thoriqoh-thoriqoh yang cocok dengan dirinya. Karena tidak ada jalan lain di dalam mendalami ajaran Islam, dan tidak ada jalan lain di dalam pendekatan diri pada Alloh(seperti dicontohkan pendahulu kita) kecuali melalui thoriqoh-thoriqoh yang tersebar di seluruh dunia."Wa ala wistaqomu ala thoriqoti la as qoinahum ma`an ghodaqoh".` Seandainya engkau istiqomah di thoriqoh, niscaya Alloh akan memberimu siraman air kehidupan` -Insya Alloh tentang Thoriqoh-thoriqoh yang bisa diikuti, akan saya berikan informasinya, di 12 negara ada 44 thoriqoh yang di akui kebenaran dan kebesarannya. Hanya sebagai patokannya:
a. Dasarnya Qur`an-Hadits(Prinsip)
b. Biasanya, jalur silsilah ajarannya sampai ke Nabi Muhammad.
c. Adanya suluk atau tahapan-tahapan

Sekali lagi mohon maaf, diskusi-diskusi atau pembicaraan-pembicaraan seperti di milist ini, manfaatnya yang pokok, hanya memberikan semangat pada saudara-saudara untuk meningkatkan pendekatan diri pada Alloh, meningkatkan semangat terutama sekali agar (yang belum) segera belajar melalui thoriqoh-thoriqoh yang ada. Dan yang sudah mengikuti thoriqoh, agar lebih meningkat lagi "mujadah-nya". Sedang untuk masalah peningkatan rohani, sama sekali tidak bisa kita peroleh melalui forum pembicaraan seperti ini. Bahkan banyak bahayanya. Seperti bahaya riya` saat kita menulis, bahaya `ujub`, dan bagi yang sudah belajar melalui thoriqoh, lebih bahaya lagi dalam hal kita merasa sudah mencapai suatu tingkat tertentu, karena kita bisa memahami suatu pengertian atau kita bisa menyampaikan suatu pemahaman `tingkat tinggi`, padahal itu adalah `kosong` dalam arti kita hanya `tinggi` dalam `pemahaman`, tapi tidak dalam `kenyataan`. Seperti kita mendapatkan peti dari emas, perak, berlian, ratna mutu manikam, tetapi tidak ada isinya. Sekali lagi saya minta maaf. Tasawuf adalah `laku`, atau `praktek`, atau `amal`. Saya hanya mengingatkan diri saya saja, karena tasawuf tidak terletak pada tingginya pemahaman, tasawuf tidak terletak pada pakaian `shuf`, tasawuf tidak terletak pada gaya yang `eksentrik`, tapi tasawuf terletak pada praktek `Akhlakul karimah`. atau `Takholaku bi Akhlakillah`. Sekali lagi saya minta maaf.

2. Sebagaimana biasanya, apabila kita di dalam memahami ajaran agama, di situ ada kesulitan, pahamilah dari sudut yang kita tahu dan kita sanggup untuk mengerjakannya. Karena apabila kita memahami sesuatu yang kita tidak sanggup mengerjakannya, maka di situ akan timbul kemalasan dan celakanya kalau sampai keputus-asa-an. Mungkin ada yang ingat, pembicaraan terdahulu di milist lain, masalah `rasa tanpa rasa`, gara-gara yang kita bahas `cukup` rumit, sampai-sampai ada saudara kita yang berucap.kurang lebih sbb:" Wah , lha kalau harus mewaspadai tipuan dunia, setan, dll, bukankah itu terlalu sulit??. Bukankah ujung-ujungnya sesuatu itu diterima Alloh karena rohmatNya, lebih baik ya... seperti sekarang ini saja, ndak usah njlimet-njlimet. yang penting ibadah. Entah riya` entah ndak ikhlas, dll. Bukannya bersemangat karena pembahasan yang`tinggi`, tapi malahan merasa tidak mampu, merasa tidak bisa melaksanakan, malas, artinya semangatnya tambah kendor. Bukankah ini satu hal yang memprihatinkan??. Inilah salah satu alasan, kenapa tiap satu pemahaman, mesti disesuaikan dengan pemahaman dari pendengarnya. Jadi dalam hal ini, dari satu pembahasan, ada baiknya memang di ambil yang kita bisa paham, diambil pemahaman yang bisa meningkatkan semangat kita untuk meningkatkan rohani kita, yang kita bisa tambah meningkatkan diri kita untuk mendekatkan diri pada Alloh SWT.

3. Dalam masalah memahami buku-buku tasawuf, perlu kita ketahui dulu , siapa pengarangnya? Apakah benar-benar orang tasawuf atau bukan?Kemudian kalau benar-benar yang orang tasawuf,"kira-kira", expert atau tidak??. Supaya tidak kita`gebyah uyah` atau disamaratakan bahwa buku tasawuf semua benar. Pendapat-pendapat yang rumit semua benar, dll. Biar kita tidak keliru di dalam memahami. Satu contoh, apabila kita membaca bukunya imam ghozali, pada saat Imam Ghozali masih menjadi guru besar (belum terjun kedalam dunia tasawuf), maka karya-karyanya tidak akan bisa memberikan pemahaman tasawuf terhadap kita. Hal itu berbeda sejak dia sudah mendalami tasawuf, berkholwat di atas menara selama 10 tahun, dan riyadhoh-riyadhoh lain, sehingga cahaya kebenaran dari dirinya tampak, pada saat setelah itu-lah karya-karyanya menjadi berbobot bagi dunia Islam khususnya tasawuf. Contoh lain seperti Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah banyak menulis buku-buku yang menghujat tasawuf, menyerang tasawuf, (terutama buku-buku Ibnu Taimiyah
yang masuk di Indonesia). Tetapi ini akan berbeda setelah menjelang akhir hidupnya, dipenjara, dia justru mendalami tasawuf dan karya-karya sesudah itu, adalah pembelaannya terhadap tasawuf. Karena dia sudah merasakan kebenaran tasawuf.

4. Buku-buku tentang tasawuf-pun, (di sini yang saya maksud yang dikarang oleh ulama tasawuf yang `bener-bener` atau yang memang expert di bidang tasawuf, inipun bermacam-macam. Ada buku-buku yang ringan, ada buku-buku yang pemahamannya rumit dan ada buku-buku yang sangat rumit. Buku-buku yang sangat rumit ini menjadi sia-sia apabila rohani pembaca memang belum `mencapai`, atau bahkan berbahaya bagi yang belum `mencapai`. (seperti `Daqo`ikul Akbar`, `Futuhatul Makiyah`, oleh Ibnu Arobi, dll ). Oleh karena hal-hal di atas, tidak ada alasan lain kecuali kita harus berguru melalui thoriqoh-thoriqoh yang ada. Agar kita dapat menarik manfaat dari ajaran tasawuf atau ajaran Islam itu sendiri, melalui "Ulama (bener-bener) warosatul Anbiya`"


Sekali lagi saya mohon maaf, semoga hal ini bermanfaat.
"huttaqi" dari kata `hu` yang artinya `Dia`, `taqi` yang berarti `taqwa`. Artinya, `huttaqi` yaitu `Dia yang lagi menuju taqwalloh`...
Thoriqoh adalah jalan atau cara atau metode. Semua ibadah ada cara atau metodenya; sholat, puasa, zakat, haji semuanya ada metodenya dan cara-cara itu dinamakan Thoriqoh.

Daftar isi :
1. Asal -usul Thoriqoh Shiddiqiyyah
2. Silsilah Shiddiqiyyah Melalui Salman Al Farisi
3. Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah Sampai Kepada Syaih Muctarulloh Al Mujtaba'
4. Dasar Thoriqoh Shiddiqiyyah
5. Arti Thoriqoh Shiddiqiyyah
6. Tujuan Thoriqoh Shiddiqiyyah
7. Faham Thoriqoh Shiddiqiyyah
8. Pelajaran-pelajaran di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
9. Cara Menuntut dan Menempuh Ilmu Dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
10. Mujahadah ada dua macam
11. Silaturahmi Ada Dua macam yaitu
12. Delapan Kesanggupan Thoriqoh Shiddiqiyyah
13. Lembaga-lembaga di Lingkungan Shiddiqiyyah
14. Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah
15. Pesantren Majma-Al Bahroin
16. Jam'iyyah Kautsaran Putri Fatimah Binti Maimun Haajarulloh
17. Organisasi (Payung) Shiddiqiyyah disingkat ORSHID
18. Yayasan Sanusiyah
19. Dhilal Berkat Rohmat Alloh (DHIBRA) dulunya Dhilalul Mustadz'afin
20. Organisasai Pemuda Shiddiqiyyah (OPSHID)
21. Lembaga Teknologi Informasi Shiddiqiyyah - LTIS

[sunting] Asal -usul Thoriqoh Shiddiqiyyah
Qola Rosululloh SAW. :”Lamma Usriya bihi inni uridu an akhruja ilaa Quraisyin Fa akhbiruhun Fakadzdzabuhu Fashoddaqohu Abu Bakrin Rodliyallohu ‘anhu Fasummiya yaumaidzin Ash-shidqu.”( ‘An Ummi Hani-Rowahu Thobroni Tafsir Durul Mansur-VI/hal.158). Artinya : Bersabda Rosululloh SAW, “ Semasa aku di isro’kan, saya hendak keluar untuk menyampaikan kepada kaum Quraisy, kemudian aku ceritakan kepadanya maka mereka mendustkannya. Dan yang membenarkan itu adalah Abu Bakar Rodliyallohu ‘anhu. Maka pada hari itu ia saya beri gelar: ‘ ASH-SHIDDIQ’ “.
Keterangan :
Sahabat Abu Bakar pada zaman Jahiliyah namanya “ Abdul Ka’bah”. Kemudian Rosululloh SAW.memberikan nama “ Abdulloh”, ayahnya bernama “ Abi Qukhafah”. Beliau lahir di Makkah


setelah peristiwa Fiel (Gajah) berselang dua tahun 14 hari.( Dari Kitab Nurul Abshor, hal 59).
Oleh karena Beliaulah satu-satunya sahabat Nabi yang paling awal menerima kebenaran-nya peristiwa ISRO’ wal MI’ROJ, maka Rosululloh SAW. Memberikan gelar kepadanya “Ash Shiddiq”, sebagaimana tersebut dalam hadits diatas. “ Fasammi yaumaidzish shidqu”.

Menurut kata Sayyidina Ali Karromallohuwajhah :“Innalloha ta’ala anzala isma Abi Bakrin minassamaa-‘I Ash-Shiddiequ litashdiqihi khobarul isro’I” Artinya “ Sesungguhnya Alloh Ta’ala telah menurunkan nama Abu Bakar dari langit :“Ash-Shiddiq” karena dia menerima kebenaran kabar Isro’.(Kitab Nurul Absor,hal 59 Taliiq Asy Syikho mu-min).
+===Perubahan Nama-nama Silsilah THORIQOH===+ Menurut ASY-SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI (Kitab Tanwirul Qulub).

Asy Syaikh Al Imam Syihabuddien Abi Abdillah Yaquti bin Abdillah Al Hamawi Ar Rummi Al Baghdadi, wafat pada tahun 626 H = 1228 M.
Beliau menyusun kitab yang namanya “ MU’JAMUL BULDAAN “ artinya Kumpulan Nama-nama Negara, terdiri dari 5 jilid besar, tiap-tiap jilidnya berisi 540 halaman. Dalam buku jilid I, halaman 138, diterangkan bahwa “ Ada sebuah negeri yang namanya “ IRBIL “ . Irbil itu ada dua macam :
Negeri IRBIL termasuk wilayah Irak yang jaraknya dengan kota Baghdad jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 7 hari.
Negeri IRBIL yang kedua terletak di pesisir termasuk wilayah Syam.
Di negeri Irbil termasuk wilayah Irak yang dekat kota Mousol, yang kota Mousol itu ada makamnya Nabiyulloh Yunus A.S. disitu lahir seorang “ ULAMA TASAWWUF” yang besar namanya, “ ASY SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI “ wafat pada bulan Robi’ul Awwal, hari malam Ahad, tanggal 12 tahun 1332 H. Beliau mengarang kitab yang namanya, “KITAB TANWIRUL QULUB I FI MU’AMALATI ‘ALLAAMIL GHUYUB “ tebalnya 560 halaman.
Pada bab “ FASHLUN FI ADAABIL MURID MA’A IKHWAANIHI “ halaman 539 disebutkan demikian : “ I’LAM ANNA ALQOBAS SILSILATI TAKHTALIFU BIKHTILAAFIL QURUNI – FAMIN HADLROTISH SHIDDIEQI RODLIYALLOHU TA’ALA ‘ANHU ILASY SYAIKH THIFURI BIN ‘ISA ABI YAZID AL BUSTHOMI TUSAMMA ( SHIDDIQIYYAH)”.
Artinya : “ Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, di sebabkan perbedaanya kurun waktu. Silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A.sampai kepada Syaikh Thoifur bin Isa Abi Yazid Al Busthomi dinamakan SHIDDIQIYYAH “.
Jadi “ SHIDDIQIYYAH “ itu bukan nama ajarannya akan tetapi nama silsilahnya.Ajaran yang silsilahnya dari Sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. sampai kepada Syaikh THOIFUR BIN ISA ABI YAZIED AL BUSTHOMI dinamakan SHIDDIQIYYAH.
Ketahuilah bahwa Ilmu Bathin dari Rosululloh yang khusus mengenai rahasianya “ISMUDZ DZAT ( ALLOH )”, itu dilimpahkan oleh Rosululloh SAW. Kepada ruhaniyah Abu Bakar Shiddiq R.A. dan rahasianya “ LAA ILAHA ILLALLOH “ dilimpahkan kepada ruhaniyah Sayyidina ALI Karromallohu wajhah.


Kemudian Sayyidina ALI Karromallohu wajhah, mengambil rahasianya “ISMUDZ DZAT ( ALLOH) “ dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. Dan sahabat SALMAN AL FARISI mengambil rahasianya ISMUDZ DZAT (ALLOH) juga dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A.

Adapun sahabat ABU BAKAR dan sahabat-sahabat lainnya ( rodliyallohu’anhum) mengambil rahasianya LAA ILAAHA ILLALLOH dari sahabat ALI Karromallohu wajhah.
Dengan Demikian maka SILSILAH SHIDDIQIYYAH itu ke bawah ada yang melalui sahabat ALI ( karromallohu wajhah) dan ada yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI Rodliyallohu anhu.
SILSILAH SHIDDIQIYYAH ke bawah yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI, dinukil dari kitab TANWIRUL QULUB.

[sunting] Silsilah Shiddiqiyyah Melalui Salman Al Farisi
ALLOH TA’ALA
JIBRIL Alaihis Salam.
MUHAMMAD ROSULULLOH Shollallohu alaihi wasallam.
ABU BAKAR ASH SHIDDIQI r.a.
SALMAN FARISI r.a.
QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a.
IMAM JA’FAR SHODDIQ SIWA SAYYIDINA QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a. (SILSILAH INI DINAMAKAN THORIQOH SHIDDIQIYYAH )
SYAIKH ABI YAZID THOIFUR bin ISA bin ADAM bin SARUYAN ALBUSTOMI
Syaikh ABIL HASAN ALI bin ABI JA’FAR AL KHORQONI.
Syaikh ABI ALI ALFADLOL bin MUHAMMAD ATH THUSI ALFARMADI.
Syaikh ABI YA’QUB YUSUF ALHAMDANI. (SILSILAH INI DISEBUT ATH THORIQOH ATH-THOIFURIYYAH. )
Syaikh ABDUL KHOLIQ ALGHOJDUWANI Ibnul IMAM ABDUL JALIL.
Syaikh ‘ARIF ARRIWIKARI
Syaikh MAHMUD AL ANJIRI FAGHNAWI
Syaikh ALI AR RUMAITANI AL MASYHUR BIL ‘AZIZAANI.
Syaikh MUHAMMAD BAABAS SAMAASI
Syaikh AMIR KULLAALI Ibnu Sayyid HAMZAH. ( SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH ALKHUWAAJIKAANIYYAH. )
Syaikh MUHAMMAD BAHA’UDDIN ANNAQSYABANDI bin MUHAMMAD bin MUHAMMAD SYARIF AL HUSAIN AL-AUSI AL-BUKHORI.
Syaikh MUHAMMAD bin ‘ALAAIDDUN AL-ATHORI
Syaikh YA’QUB AL-JARKHI. (SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH NAQSYABANDIYYAH )
Syaikh NASHIRUDDIN UBAIDILLAH AL AHROR ASSAMARQONDI bin MAHMUD bin SYIHABUDDIN

Syaikh MUHAMMAD AZZAHID
Syaikh DARWIS MUHAMMAD ASSAMARQONDI
Syaikh MUHAMMAD ALKHOWAAJAKI AL AMKANI ASSAMARQONDI
Asy-syaikh MUHAMMAD ALBAAQI BILLAH. (DINAMAKAN ATH-THORIQOHUL AHRORIYYAH )
Asy-syaikh AHMAD ALFARUQI ASSIRHINDI
Asy-syaikh MUHAMMAD MA’SHUM
Asy-syaikh MUHAMMAD SAIFUDDIEN.
Asy-syaikh MUHAMMAD NURUL BADWANI
Asy-syaikh HABIBULLOH JAANIJANAANI MUNTHOHIR
Asy-syaikh ABDILLAH ADDAHLAWI. (DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL MUJADDADIYYAH)
Asy-syaikh KHOLID DLIYAA’UDDIEN
Asy-syaikh UTSMAN SIROJUL MILLAH
Asy-syaikh UMAR ALQOTHBUL IRSYAD
Asy-syaikh MUHAMMAD AMIN ALKURDI AL IRBIL. (DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL KHOLIDIYYAH )
( kitab TANWIRUL QULUB halaman 500-502).

Keterangan dari Ibnu Ibad
Dalam Sarah AL HIKAM ALISKANDARIYAH Tentang THORIQOH SHIDDIQIYYAH-nya ABUL HASAN ASY SYADZALI. Alloh berfirman dalam Al-Quran: WAYAS-ALUUNAKA AN DZIL QORNAINI QUL SA-ATLUU ALAIKUM MINHU DZIKRO (QS.Al Kahfi 83).
Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzil Qornain. Katakanlah, aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.
Diantara ummat Islam ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud Dzil Qornain dalam surat Al Kahfi itu ialah AL-ISKANDAR YANG AGUNG, atau Iskandar yang dilahirkan di Fillo tahun 356 sebelum masehi, di ibukota Macidonia. Ayahnya Raja PHILIP II dari Macidonia, yang menaklukkan berpuluh-puluh negara, yang jajahannya sangat luasnya.
Iskandar ini muridnya seorang failoshof yang termasyhur yang namanya ARISTHOTILLES yang lahir pada tahun 384 sebelum masehi. Akan tetap kalau kita perhatikan, Dzil Qornain yang ada di dalam Quran jauh berbeda dengan Dzil Qornain Macidonia. Perbedaannya sebagai berikut :
Dzul Qurnain, tidak ada tambahan Iskandar, tapi Dzul Qurnain Macidonia, disebutkan Iskandar Dzul Qornain.
Dzul Qornain dalam Al-Quran menurut kitab Tafsir yang muâtabar, temannya Nabiyulloh HIDLIR alaihis salam. Tetapi Dzul Qornain Macidonia, temannya Aristhoteles.
Dzul Qornain dalam Quran tidak disebutkan penjajah dan pembunuh, tetapi Dzul Qornain Macidonia adalah penjajah dan pembunuh.
Oleh sebab itu Dzul Qornain dalam Al-Quran itu bukan Dzul Qornain Macidonia.


Iskandar Dzul Qornain Macidonia telah membangun tigabelas kota, semuanya dinamakan kota Iskandariyah. Ada yang di India, ada yang di Babil, ada yang di Balakh, ada yang di Samarqondi, dan lain-lainnya. Akan tetapi yang terbesar ialah Kota Iskandariyah di mesir bagian selatan. Semua nama Iskandariyah setelah wafatnya Dzul Qornain sudah diganti nama baru, yang tinggal tetap nama Kota Iskandariyah yang ada di Mesir saja. ( Kitab Majamu Buldan jilid I hal.183).
Di kota Iskandariyah Mesir, lahirlah seorang Ulama Tashowwuf yang termashur, namanya ASY SYAIKH TAJUDDIEN IBNUL FADLOL AHMAD BIN MUHAMMAD BIN ABDUL KARIM IBNU ATHO ILLAH ASKANDARI. Wafat pada tahun 707 Hijrah, makamnya di kampung Qurofah Mesir. ( Kitab Aththobaqotul Kubro, Juz II, hal .20 , Talif Abdul Wahhab asy Syaroni).
Ibnu Athoillah menyusun Kitab Tashowwuf tingkat tinggi dua juz namanya Kitab ALHIKAM. Kitab tersebut disyarah oleh seorang Ulama namanya MUHAMMAD bin IBROHIM yang dikenal namanya IBNU IBAD.
Dalam Syarah Akhikam tersebut, juz II halamn 58, Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzali R.A. setelah masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, Beliau banyak dimusuhi orang-orang yang tidak faham dengan Thoriqoh Shiddiqiyyah.
QOLA SAYYIDI ABU HASAN ASY-SYADZALI R.A., AADZAANI INSAANUN MARROTAN FADLOQQOTU DZIROAN BIDZAALIKA FANUMTU FAROAITU YUQOITU LIMIN ALAMAATISH SHIDDIQIYYATI KATSROTU DAIHAA TSUMMA LAA YUBAALI BIHIM.
Artinya ,Bersabda tuanku Abu hasan Asy Syadzali R.A., Menyakiti kepadaku manusia satu kali, maka aku menjadi sempit sedziro karena itu, maka saya tidur, aku bermimpi. Dalam mimpi itu ada sabda, Sebagian alamatnya orang-orang Shiddiqiyyah itu banyak musuhnya, kemudian ia tidak perduli kepada mereka. Beliau lahir pada tahun 575 hijrah, wafat pada tahun 656 hijrah, bulan Dzul Qoidah di Shokhro Ghirob waktu akan menunaikan Ibadah Hajji. (Kitab Ath Thobaqotul kubro Juz II halaman 4 )' Asy Syadzali, nama desa di Afrika di Negara Oman dekat Murtasiyah (Mauritania). Waktu kecilnya dia pindah ke Thosia kemudian ke Masyriq, kemudian naik Hajji beberapa kali, kemudian masuk ke Irak, berteman di Irak dengan Abil Fatah Waasithi.
Di Baghdad beliau masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, gurunya bernama : ABI ABDILLAH MUHAMMAD BIN SYAIKH ABIL HASAN ALMARUF BIN IBNI HAROZIM AL MANSUBA ILASH SHIDDIQIL ADHOM (Jaamiul Ushul Fil Auliya, halaman 101).

Adapun silsilah Keturunannya Abil Hasan Asy Syadzili, sebagai berikut :
Abul Hasan Asy Syadzili
Bin Abdulloh
Bin Abdul Jabbar
Bin Tamim
Bin Harman
Bin Hatim
Bin Qushoyyi
Bin Yusuf


Bin Yusya
Bin Warid
Bin Abi Bithol
Bin Ahmad
Bin Muhammad
Bin Isa’
Bin Idris
Bin Umar
Bin Idris
Bin Hasan Almutsanna
Bin Hasan
Bin Ali Rodiayallohu anhu.

Jadi Thoriqoh Asy Syaadzaliyyah itu juga asalnya dari Thoriqotush Shiddiqiyyah. ( Jaamiul Usul halaman 101).

[sunting] Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah Sampai Kepada Syaih Muctarulloh Al Mujtaba'
Robbul Arbab Alloh SWT.
Sayyidina Jibril AS.
Sayyidina Muhammad SAW.( 571-634M)
Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq r.a.( 572-637M).
Sayyidina Ali krw.
Sayyidina Hasan r.a. bin Ali bin Abu Tholib.
Syaih Imam Zainal Abidin r.a.
Syaih Muhammad bin Ali bin Husain Al Baqir r.a.
Syaih Imam Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain As-Shoddiq r.a.
Syaih Musa bin Ja’far Al Kadzim r.a.
Syaih Abil Hasan Ali r.a.
Syaih Ma'ruf Al-Karohi r.a.( Wafat 201H/816M)
Syaih Sirru Suqti r.a.( Wafat 253H/867M)
Syaih Junaidi Al Baghdadi r.a.(Wafat 297H/910M)
Syaih Abu Bakar Asibli r.a.(wafat 334H/946M)
Syaih Abdul Wahid Attammimi r.a.
Syaih Farabi At Turtusi r.a.
Syaih Abil Hasan Ali Al Syaukari r.a.
Syaih Abi Said Mahzumi r.a.
Syaih Abu Muhammad Muhyidin r.a.
Syaih Abdul Aziz r.a.
Syaih Muhammad Al-Huttaqi r.a.


Syaih Syamsudin r.a.
Syaih Syarifudin r.a.
Syaih Nurrudin r.a.
Syaih Waliyuddin r.a.
Syaih Hisyamudin r.a.
Syaih Yahya r.a.
Syaih Abu Bakri r.a.
Syaih Abdul Karim r.a.( Lahir 1366M~Wafat1408M)
Syaih Utsman r.a.
Syaih Abdul Fatah r.a.
Syaih Murodi r.a.
Syaih Syamsudin r.a.
Syaih Ahmad Hothi Al Makiyyi r.a.
Syaih Ahmad Syuaib Jamali Al banteni r.a.
Syaih Muhammad Muhtar bin Abdul Mu'thi – Muchtarulloh Al Mujtaba r.a. (Lahir 28 January 1928) Losari Ploso Jombang). (1954- sekarang )
Keterangan : Muhammad bin Abdulloh, Nabi dan Rosululloh SAW lahir tahun 571M/53SH~Wafat 634M/10H. Shohabat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. lahir 573M/55SH~Wafat 637M/13H. Shohabat Ali bin Abi Tholib krw. Lahir 595M/29SH~Wafat Syaikh Sirris Suqthi, wafat 253H/867M adalah paman dari As Syaikh Junaidi Baghdadi, Murid dari As Syaikh Ma'ruf Al Karkhy Rohimakumulloh, jauh sebelum Imam Ghozali lahir.

[sunting] Dasar Thoriqoh Shiddiqiyyah
“Dan jika manusia tetap pada suatu Thoriqoh, pasti mereka akan mendapatkan air yang menyegarkan”. (Qs: Al-Jin : 16).

Berdasarkan Qs: Al-Jin : 16, ajaran Thoriqoh adalah ajaran agama Islam, bukan ajaran Ulama’ Salaf (Ulama pertengahan setelah para sahabat), sebagaimana anggapan sebagian kecil ummat Islam. Ajaran Thoriqoh dititik beratkan kepada ajaran Dzikrulloh. Masalah Dzikrulloh telah dicontohkan atau diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Disebut di dalam al-Qur’an :
“Sungguh ada bagi kamu di dalam diri Rosul itu contoh yang bagus, bagi siapa saja yang ingin bertemu Alloh dan hari akhir, maka Dzikirlah kepada Alloh yang sebanyak-banyaknya” (Qs: Al-Ahzab : 21).

Ajaran Thoriqoh / Dzikrulloh ini adalah ajaran yang bersifat khusus, artinya tidak akan diberikan / diajarkan kepada siapa saja, selama orang itu tidak memintanya. Oleh sebab itu untuk menerima ajaran Thoriqoh/Dzikrulloh ini harus melalui Bai’at, tersebut di dalam al-Qur’an surat:
“Sesungguhnya orang-orang yang Baiat kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka Baiat kepada Alloh” (Qs: Al Fath : 10).


Baiat sebagai Bentuk Proses Ijab Kobul Pelajaran Untuk memperoleh pelajaran Shiddiqiyyah harus melalui proses pengajaran dan pengesahan ijab kobul antara seorang guru ( Mursyid atau wakil yang ditunjuk ) dengan murid, disebut Baiat. Baiat bukan sumpah setia kepada guru atau lembaga thoriqoh / organisasinya.
Pelajaran Thoriqoh tanpa melalui proses Baiat, maka Barokah Ilmu Khusus dari Rosululloh SAW melalui guru-guru yang secara berantai, tentulah tidak dapat mengalir.

[sunting] Arti Thoriqoh Shiddiqiyyah
Dari segi bahasa, Thoriq berasal dari kata THORIQ artinya JALAN, Shiddiqiyyah berasal dari kata SHIDDIQ artinya BENAR. Jadi Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya Jalan yang Benar, bukan jalan yang salah. Dan dikatakan Thoriqoh Shiddiqiyyah sebab :
Silsilahnya melalui Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a.
Ajarannya berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi Besar Muhammad SAW.

[sunting] Tujuan Thoriqoh Shiddiqiyyah
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Alloh yang sebenar-benarnya dekat melalui praktek Dzikir Jahar Nafi Itsbat.
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Alloh yang sebenar-benarnya kenal melalui praktek Dzikir Sirri Ismu Dzat) Untuk tercapainya dekat dan kenal kepada Alloh, praktek Dzikir Jahar dan Sirri harus selalu ditingkatkan secara istiqomah.
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia Taqwalloh, taqwa yang sebenar-benarnya Taqwa.

Untuk mencapainya ada 3 jalan pokok yang harus dilaluinya (dikerjakan), yaitu:
melalui Jalan Ibadah (Sholat)
Wahai seluruh manusia beribadahlah (Sholat) kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa" (Qs: Al-Baqoroh : 21).
melalui Jalan Puasa
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi Taqwa" (Qs: Al-Baqoroh : 183).
melalui Jalan Dzikir
"Dan tetapkanlah (hubungkanlah) jiwamu dengan kalimah Taqwa" (Qs:Al fath : 26).

Untuk mencapai taqwa, Ibadah sholat, Puasa, Dzikir kalimah Taqwa harus selalu ditingkatkan. Dan apabila Taqwa telah tercapai tanda-tandanya diantaranya sebagaimana tersebut di dalam al-Qur’an:
"Sesungguhnya orang paling mulia diantara kamu bagi Alloh ialah orang yang paling Taqwa diantara kamu". (Qs: Al hujurat : 13)
"Sesungguhnya orang-orang taqwa itu berada di dalam Surga" (Qs: Al-Hijr : 45).
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi Manusia yang berSyukur kepada Alloh.


"Dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan jangan kamu kufur" (Qs: Al-Baqoroh : 152).
Apabila kita telah menjadi syukur, Alloh akan meridhoinya, tersebut dalam Qur’an:
"Dan sesungguhnya kalau kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi-Nya kepada kamu". (Qs: Az-Zumar : 7).
[sunting] Faham Thoriqoh Shiddiqiyyah
Thoriqoh Shiddiqiyyah berfaham Tasawuf. Yang dimaksud faham tasawuf adalah faham kebersihan jiwa. Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang Tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya. Jiwa harus dijaga dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan sifat-sifat suci, bersih, terpuji, sebagaimana perintah Rosululloh di dalam Hadits yang berbunyi,
“Takholaku bi akhlakillah” artinya: “Berakhlaklah kamu dengan akhlaknya Alloh”
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, di masyarakat. Tanpa memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh, meskipun Dzikrulloh kita kerjakan sebanyak-banyaknya, tersebut di dalam al Qur’an:
“Maka diilhamkan kepadanya sifat Fujur dan sifat Taqwa, sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya” (QS: Asy-syamsi : 8).
Oleh sebab itu mudah-mudahan Alloh selalu melimpahkan Rohmat dan HidayahNya, sehingga kita warga Shiddiqiyyah selalu dapat membersihkan dan menjaga, kebersihan Jiwa kita, serta akhirnya kita bisa dekat, kenal dan Taqwa kepada Alloh SWT (bisa merasakan adanya Alloh , bisa merasakan limpahan rohmat, berkat dan nikmat dari Alloh)
[sunting] Pelajaran-pelajaran di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
Pelajaran-pelajaran di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah, secara garis besar dibagi dua :
Pelajaran Habluminalloh, yaitu pelajaran pokok yang cara mengajarkannya disebut Baiat. Yaitu : Baiat Dzikir Jahar-Nafi Isbat, Baiat Dzikir Sirri-Ismu Dzat, Baiat Thobib dan Baiat Fatihah
Pelajaran Habluminannas, yaitu pelajaran tambahan yang cara mengajarkannya disebut ijazah atau bimbingan. Contohnya amalan Salamun, amalan Surat Iqro 1-5, amalan wa alafa dan lain-lainya.
[sunting] Cara Menuntut dan Menempuh Ilmu Dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
Untuk mendapatkan Ilmu di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah ditempuh Melalui Dua Jalur, yaitu :
Jalur Mujahadah sendiri, yaitu dengan cara mengerjakan baiat-an atau pelajaran yang sudah kita dapatkan dari Shiddiqiyyah secara Istiqomah.
Jalur Shillaturrohmi ke sesama warga, ke para kader dan terutama adalah ke para Kholifah, dan kalau memungkinkan langsung pada beliau Mursyid Shiddiqiyyah untuk menempuh kelanjutan ilmu-ilmu yang sudah kita miliki.
Tanpa dua hal itu kita lakukan, kita akan kurang mendapatkan kemajuan atau peningkatan derajat ruhaniyyah.
[sunting] Mujahadah ada dua macam
Pertama Mujahadah bersungguh-sungguh secara Istiqomah mengamalkan pelajaran yang sudah diterima dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah.

Kedua Mujahadah bersungguh-sungguh berbuat baik kepada masyarakat sesama manusia dan alam lingkungannya.
[sunting] Silaturahmi Ada Dua macam yaitu
Silaturahim secara lahir dengan mendatangi sesama murid, para Kader senior, Khodamul Ulum, para Kholifah dan Mursyid secara tatap muka langsung atau disebut tawajjuh lahir.
Silaturahim secara ruhaniah, yaitu dengan sering menyambung secara ruhani antara ruh kita dengan ruh para sesama murid, Kader, Khodamul Ulum, Kholifah dan Mursyid. Dengan silaturahmi secara ruhani maka daya takwa akan mengalir kepada ruh yang potensial takwanya lebih rendah, bahkan dapat mendapat pelajaran dari guru secara ruhani lewat 1/40 tanda kenabian yakni mimpi yang benar atau disebut tawajjuh batin.

[sunting] Delapan Kesanggupan Thoriqoh Shiddiqiyyah
Sanggup Taat Kepada Alloh Ta'ala, Bakti Kepada Allah Ta'ala.
Sanggup Taat Kepada Rosululloh, Bakti Kepada Rosululloh.
Sanggup Taat Bakti Kepada Orang Tua ( Ibu – Bapak ).
Sanggup Bakti Kepada Sesama Manusia.
Sanggup Bakti Kepada Negara Republik Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
Sanggup Cinta Tanah Air Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
Sanggup Mengamalkan Thoriqoh Shiddqiyyah.
Sanggup Menghargai Waktu.

[sunting] Lembaga-lembaga di Lingkungan Shiddiqiyyah
[sunting] Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah
Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah, sebagai badan hukum untuk pengembangan dakwah Thoriqoh Shiddiqiyyah di wilayah Indonesia. Yayasan tersebut berkedududukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur. Sekarang ini (tahun 2006M) Yayasan ini sudah mempunyai 60 cabang di berbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera dan perwakilannya di Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat serta negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Selain menyampaikan pelajaran khusus Thoriqoh Shiddiqiyyah, Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi juga menyelenggarakan pengajian-pengajian umum dan Wirid berjamaah secara rutin dari tahun 1973 sampai sekarang. Pengajian umum pertama diadakan pada waktu sore ba’da ashar pada bulan romadlon penuh satu bulan. Kemudian pada setiap hari Selasa malam Rabu dan setiap hari Kamis malam Jum’at yang dinamakan Pengajian Kautsaran, kemudian bertambah lagi Pengajian Khusus pada setiap hari Ahad malam Senin dengan nama Kulliyatul Minhajul Abidin. Kemudian sejak tahun 1425H/2004M pengajian ditingkatkan menjadi Minhajul Asfiya dan tahun 1426H/2005M ditingkatkan lagi Minahjul Muttaqin bertempat disuatu Bangunan khusus seluas satu hektar bernama Al-Istiqomatul Istianah.

Sekarang ini setiap pengajian umum yang diselenggarkan oleh Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi


selalu dihadiri para murid shiddiqiyyah maupun kaum muslimin umumnya dengan jumlah hadirin lebih dari 5000 orang bahkan pada acara peringatan-peringatan hari bersejarah Islam yang menghadiri lebih dari 10 ribu orang, seperti peringatan Maulud Nabi SAW setiap tanggal 7 Robiul Awal dan 12 Robiul awal, Peringatan Isro Mi’roj Nabi SAW dan Hari Shiddiqiyyah setiap malam tanggal 27 Rojab, Pengajian Nisfu Syaban setiap malam tanggal 15 Syaban, Pengajian Lailatul Mubarokah setiap tanggal malam17 Romadlon, Pengajian Lailatul Qodar setiap malam tanggal 27 Romadlon, Penganjian Pengantar Pembagian Zakat Fitrah malam 1 Syawal dan Sholat dan Khotbah Idul Fitri setiap 1 Syawal, Sholat dan Khotbah Idul Adha setiap 10 Dzulhijjah dan Pengajian Tahun Baru Islam 1 Muharrom serta Pengajian Wirid Taubat Bersama setiap tanggal 10 Muharrom.
Pengajian Kautsaran malam Jum’at sekarang ini sudah tidak dipimpin langsung oleh Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi, dan sebagai kelanjutannya adalah pengajian / kautsaran di daerah daerah yang dinamakan juga Kautsaran, yang berfungsi sebagai forum silaturahmi antar murid shiddiqiyyah dan untuk menjaga kestabilan ghirah hati dalam mengamalkan thoriqoh shiddiqiyyah.

[sunting] Pesantren Majma-Al Bahrain
Untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam melalui Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syaih Muchammad Muchtar Mu'thi mempimpin Pesantren dengan Nama Pesantren Majma-Al Bahroin, yang terletak di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Di Pesantren ini ada dua sistem pengajaran, yakni sistem klasikal yang dinamakan Tarbiatul Hifdzul Ghulam Wal Banad, calon santrinya syaratnya umur 6th dan waktu belajarnya 12 tahun, kemudian dilanjutkan dengan Pendidikan Persiapan Madrashah Maqosidul Qur'an kemudian masuk ke Tarbiyah Madarsah Maqosidul Qur'an selama sekitar 3 tahun, dan Lanjutan Maqosidul Qur'an selama 2 tahun yang ajar langsung oleh Mursyid..
Adapun pengajaran untuk santri yang umurnya tanpa batasan adalah dalam bimbingan para kholifah untuk mendapatkan bimbingan Ilmu tasawuf, sambil mengembangkan bakat masing-masing. Ada yang bertani, beternak, perkebunan, menukang batu, menukang kayu, mengukir, sablon, dan lain-lainnya.

Cara Mencapai Ke Pesantren di Desa Losari Ploso: Untuk mencapai Desa Losari Ploso Jombang, ada beberapa arah. Dari arah Kota Jombang bisa naik Bus jurusan Babat atau Angkudes jurusan Ploso turun di Pesantren Kyai Tar ( Sebutan Beken dikalangan orang Jombang untuk Mursyid Shiddiqiyyah). Untuk mencapai Jombang bisa naik Bus dari arah Surabaya atau Bus dari arah Solo, Bus dari arah Malang-Kediri atau Kereta Api dari Jakarta maupun Surabaya. Jika pakai pesawat Terbang bisa melalui Pelabuhan Udara Juanda Surabaya. Dari arah utara bisa ditempuh melalui kota Babat, naik Bus atau Angkudes ke arah Ploso Jombang. Untuk mencapai Kota Babat bisa naik Kereta Api maupus Bus dari Kota Semarang maupun Surabaya.

[sunting] Jam'iyyah Kautsaran Putri Fatimah Binti Maimun Haajarulloh
Adalah lembaga pembinaan murid shiddiqiyyah dari kaum wanita yang diikat melalui pengamalan Wirid Kautsaran.


Pada awalnya ini adalah Lembaga Doa Wanita Shiddiqiyyah. Nama awalnya adalah Jam'iyyah Kautsaran Putri Fatimah Binti Maimun Hibbatulloh Dewi Ratna Swari, kemudian pada Bulan Muharrom tahun 1423H/ Maret 2002M berubah menjadi seperti nama sekarang ini. Nama Fatimah Binti Maimun adalah mengambil nama Mubalighot tanah jawa yang pertama sebelum dakwah para wali songo, dia berasal dari negeri Kedah Malaysia pada abad 11 masehi. Yang makamnya ada di desa Leran, Kecamatan Manyaran Kab. Gresik. Jawa Timur.

[sunting] Organisasi (Payung) Shiddiqiyyah disingkat ORSHID
Ini adalah Lembaga yang memayungi seluruh kegiatan murid-murid Shiddiqiyyah dan lembaga-lembaga otonom dikalangan Shiddiqiyyah.
Berdiri 30 Rojab 1420H/2000M dan Pengurus di tingkat pusat disebut DPP berkedudukan di Losari Ploso Jombang, dan Pengurus ditingkat wilayah berkedudukan di wilayah provinsi disebut DPW dan pengurus di tingkat daerah kabupaten/kotamadya disebut DPD berkedududukan di daerah kabupaten atau kotamadya dan pengurus ditingkat cabang disebut DPC mencakup satu wilayah kecamatan dan pengurus ditingkat ranting disebut DPC mencakup wilayah satu desa. Dan untuk murid shiddiqiyyah di luar negeri membentuk Pengurus Perwakilan Luar Negeri

[sunting] Yayasan Sanusiyah
Adalah lembaga pengembangan sumber daya masyarakat sekitar pesantren yang khususnya bergerak dalam bidang bimbingan ketrampilan perajin anyaman. Khususnya di desa Kauman dan Jasem Kecamatan Kabuh
[sunting] Dhilal Berkat Rohmat Alloh (DHIBRA) dulunya Dhilalul Mustadz'afin
Lembaga khusus untuk menyalurkan shodaqoh untuk menyantuni orang-orang lemah, fakirmiskin dan anak yatim piatu serta korban bencana alam. Berdiri tahun 2001M telah memiliki banyak pengurus daerah.
Yayasan Berkat Rohmat 17 Agustus : Lembaga Penyantunan Masyarakat Miskin yang khusus merehab bantuan Rumah Layak Huni bagi warga miskin yang dikaitkan dengan peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945. Lembaga ini mulai bergerak tahun 1423H/2003M. Lembaga ini sejak 17 Robiul Awal 1426H/2005M dilebur dengan Dhilalul Mustadz’afin menjadi DHIBRA.

[sunting] Organisasai Pemuda Shiddiqiyyah (OPSHID)
Lembaga ini adalah khusus lembaga yang mewadahi kegiatan kepemudaan para pemuda yang menjadi murid Shiddiqiyyah. Pemuda adalah warga yang berumur 16 tahun sampai dengan 30 tahun atau sampai menikah.

[sunting] Lembaga Teknologi Informasi Shiddiqiyyah - LTIS
“ Dan hendaklah ada diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ” (QS-Al-Imran: 104).


Bermula dari sebuah forum diskusi virtual (Mailing List) di dunia maya/internet, yang kemudian dinamakan Milis Ploso dan dibentuk pada 13 Juli 2000, yang beralamat : http://groups.yahoo.com/group/ploso Diprakarsai oleh beberapa kader Shiddiqiyyah, untuk mewujudkan sarana komunikasi, berbagi informasi dan bertukar pikiran bagi warga Thoriqoh Shiddiqiyyah di seluruh Indonesia. Melalui forum milis ini para warga Shiddiqiyyah dapat bersilaturahmi setiap hari dan berbagi informasi dengan cepat. Berita-berita terkirim ke seluruh anggota dengan seketika dan dengan biaya yang relatif murah. Dalam perkembangannya, pada 27 Ramadhan 1422 H, milis Ploso telah melahirkan situs internet (website) Shiddiqiyyah, beralamat di www.shiddiqiyyah.org. Saat ini anggota milis ploso berjumlah 144 orang yang berdomisili di dalam dan luar negeri. Kota-kota di mana warga Shiddiqiyyah terhubung melalui silaturahmi internet ini, antara lain, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Madura, Medan, Makassar, Denpasar, Lampung, Batam, Melbourne, Kuala Lumpur.
Meskipun kegiatan ini sudah berkembang pesat dan berjalan lestari sekian tahun lamanya, namun belum ada wadah formal untuk kegiatan ini. Menyadari hal tersebut, bahwa dengan kemanfaatan yang telah terbukti, dirasakan dan adanya keinginan untuk melestarikan barokah yang diperoleh, maka seluruh anggota milis bermusyawarah dan diputuskan untuk membentuk suatu lembaga sebagai wadah, dengan harapan, melalui wadah ini akan tercipta kegiatan yang semakin barokah dan lestari.

[sunting] Tarekat/Thoriqoh yang lain
Tarekat Alawiyyah
Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Qodiriyah
Tarekat Syattariyah
Tarekat Tijaniyah
Thoriqoh Shiddiqiyyah

Thoriqoh Shiddiqiyyah
Faham Shiddiqiyyah adalah faham Tasawuf, yang dimaksud faham tasawuf adalah faham kebersihan jiwa. Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang Tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya.
Jiwa harus dijaga dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan sifat-sifat suci, bersih, terpuji, sebagaimana perintah Rosululloh di dalam Hadits yang berbunyi,

"Takholakuu bi akhlaaqillaah" artinya: "Berakhlaklah kamu semua dengan akhlaqnya Alloh"
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, dimasyarakat. Tanpa memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh, biarpun Dzikrulloh kita kerjakan sebanyak-banyaknya,


tersebut di dalam al Qur’an:
"Maka diilhamkan kepadanya sifat Fujur dan sifat Taqwa, sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya". (QS: Assyamsi: 8)
Oleh sebab itu mudah-mudahan Alloh selalu melimpahkan Rohmat dan HidayahNya, sehingga kita warga Shiddiqiyyah selalu dapat membersihkan dan menjaga, kebersihan Jiwa kita, serta akhirnya kita bisa dekat, kenal dan Taqwa kepada Alloh SWT (bisa merasakan adanya Alloh, bisa merasakan limpahan rohmat, berkat dan nikmat dari Alloh)

THORIQOH SHIDDIQIYYAH Apa artinya Thoriqoh Shiddiqiyyah itu ?
Thoriqoh berasal dari kata THORIQ artinya JALAN.
Shiddiqiyyah berasal dari kata SHIDDIQ artinya BENAR.
Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya Jalan yang Benar, bukan jalan yang salah.
Dan dikatakan Thoriqoh Shiddiqiyyah sebab :
• Silsilahnya melalui Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a.
• Ajarannya berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi Besar Muhammad SAW.

Tujuan Ajaran Thoriqoh Shiddiqiyyah :

A. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Alloh yang sebenar-benarnya dekat (melalui praktek Dzikir Jahar Nafi Itsbat)

B. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Alloh yang sebenar-benarnya kenal (melalui praktek Dzikir Sirri Ismu Dzat) Untuk tercapainya dekat dan kenal kepada Alloh, praktek Dzikir Jahar dan Sirri harus selalu ditingkatkan secara istiqomah.

C. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia Taqwalloh, taqwa yang sebenar-benarnya Taqwa. Untuk mencapainya ada 3 jalan pokok yang harus dilaluinya (dikerjakan) :

1. Lewat Jalan Ibadah (Sholat)
Tersebut di dalam al-Qur’an:
"Wahai seluruh manusia beribadahlah (Sholatlah) kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa". (QS: Al Baqoroh : 21)

2. Lewat Jalan Puasa
Tersebut dalam al-Qur’an:
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi Taqwa" (QS: Al Baqoroh : 183)

3. Lewat Jalan Dzikir Kalimat Taqwa


Tersebut dalam al-Qur’an:
"Dan tetapkanlah (hubungkanlah) jiwamu dengan kalimah Taqwa"
Untuk mencapai taqwa, Ibadah sholat, Puasa, Dzikir kalimah Taqwa harus selalu ditingkatkan. (QS: Al Fath : 26)
Apabila Taqwa telah tercapai tanda-tandanya diantaranya sebagaimana tersebut di dalam al-Qur’an :
"Inna akromakum ‘indalloohi atqookum"
"Sesungguhnya karomahmu bagi Alloh itu karena Taqwamu". (QS. Alhujurat:13)
"Sesungguhnya orang-orang yang taqwa itu berada dalam syurga"
( QS. Al Hijr : 45, Adz dzariat :15 )

D. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi Manusia yang berSyukur kepada Alloh, tersebut di dalam al-Qur’an:
"Dan bersyukurlah kamu kepadaKu (Allah) dan jangan kamu kufur" (QS: Al Baqoroh: 152)

Apabila kita telah menjadi syukur, Alloh akan meridhoinya, tersebut dalam al-Qur’an:
"Dan sesungguhnya kalau kamu bersyukur, meridhoiNya (Alloh) kepada kamu". (QS: Azzumar: 7)

SILSILAH THORIQOH SHIDDIQIYYAH
Dalam kitab "Tanwirul Qulub Fi Mu'amalati 'allamil Ghuyub" karangan Syaih Muhammad Amin Kurdi Al Arbili, pada bab "Faslun Fi Adaabil Murid Ma'a Ikhwanihi" halaman 539 disebutkan demikian:
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, disebabkan perbedaannya kurun waktu, silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A sampai kepada syaih Thoifur bin Isa Abi Yazied Al Busthomi dinamakan SHIDDIQIYYAH."

Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah melalui Sahabat Salman Al Farisi sampai pada Syekh Muhammad Amin Al Kurdi Al Irbil, dari Kitab Tanwirul Qulub.

1. Alloh Ta’ala.
2. Jibril ‘alaihi Salam.
3. Muhammad Rosululloh SAW.
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
5. Salman Al Farisi R.A.
6. Qosim Bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
7. Imam Ja’far Shodiq Siwa Sayyidina Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq R.A. ( Silsilah ini Dinamakan Thoriqoh Shiddiqiyyah).

8. Syaikh Abi Yasid Thoifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan Al Busthomi.


9. Syaikh Abil Hasan Ali bin Abi Ja’far Al Khorqoni.
10. Syaikh Abi Ali Al Fadlol bin Muhammad Ath Thusi Al Farmadi.
11. Syaikh Abi Ya’qub Yusuf Al Hamdani. ( Thoriqoh At Thoifuriyyah).
12. Syaikh Abdul Kholiq Al-Ghojduwani Ibnul Imam Abdul Jalil.
13. Syaikh ‘Arif Arriwikari.
14. Syaikh Mahmud Al-Anjari Faghnawi.
15. Syaikh Ali Ar Rumaitani Al Mansyur Bil’Azizaani.
16. Syaikh Muhammad Baabas Samaasi.
17. Syaikh Amir Kullaali Ibnu Sayyid Hamzah, ( Thoriqoh Al Khuwaajikaaniyyah).
18. Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad Syarif Al- Husain Al-Ausi Al-Bukhori.
19. Syaikh Muhammad bin ‘Alaaiddin Al Athori.
20. Syaikh Ya’qub Al Jarkhi, ( Dinamakan Thoriqoh An-Naqsyabandiyyah).
21. Syaikh Nashiruddin Ubaidillah Al-Ahror As-Samarqondi bin Mahmud bin Syihabuddin.
22. Syaikh Muhammad Azzaahid.
23. Syaikh Darwis Muhammad As-Samarqondi.
24. Syaikh Muhammad Al-Khowaajaki Al-Amkani As Samarqondi.
25. Asy-Syaikh Muhammad Albaaqi Billah, (Dinamakan Thoriqoh Ahroriyyah).
26. Asy-Syaikh Ahmad Al Faruqi As-Sirhindi.
27. Asy-Syaikh Muhammad Ma’shum.
28. Asy-Syaikh Muhammad Syaifuddien.
29. Asy-Syaikh Muhammad Nurul Badwani.
30. Asy-Syaikh Habibulloh Jaanijanaani Munthohir.
31. Asy-Syaikh Abdillah Addahlawi, ( Thoriqoh Mujaddadiyyah).
32. Asy-Syaikh Kholid Dliyaa’uddien.
33. Asy-Syaikh Utsman Sirojul Millah.
34. Asy-Syaikh Umar Al-Qothbul Irsyad.
35. Asy-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbil, ( Thoriqoh Kholidiyyah).
Sehingga sebenarnya jumlah thoriqoh-thoriqoh yang ada itu sangatlah banyak. Tidak hanya 44 thoriqoh saja, melainkan sangat banyak. Tetapi dari thoriqoh yang banyak itu, ciri-ciri ajarannya pasti tidak bertentangan dengan Qur'an Hadits. Dalam arti adalah menjalankan ajaran Islam yang sesuai Qur'an Hadits. Kemudian biasanya silsilah ajarannya juga ada sampai Nabi Muhammad dan adanya suluk atau tahapan-tahapan.

Apabila ada "thoriqoh" yang bertentangan dengan Qur'an Hadits, maka wajib bagi kita untuk menolaknya atau kita tidak boleh menjalaninya. (Meskipun ada silsilah ajarannya sampai ke N.Muhammad). Sebaliknya, meskipun silsilah ajarannya kurang jelas, tetapi ajaran thoriqoh itu sendiri tidak bertentangan dengan Qur'an Hadits, maka thoriqoh itu boleh dijalani.
Wassalam


KISAH ABU YAZID SANG RAJA PARA MISTIK
Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiyah."
MASA REMAJA
Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri.
Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku".
Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,
"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"
"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata".
"Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh.
Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh.


Kejadiannya adalah sebagai berikut:
Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur".
"malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tangaku kaku.
"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya."Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka"
"Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali".
(Wahai ingatkah kita di Qur'an Surat Al-Baqoroh 255) Sedang Alloh tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Mengapakah kita masih sering terlena??
Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,
"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu". "Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid.
"Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?"
"Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela.Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini".
"Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai".
(Wahai, bagaimanakah saat kita sholat? Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa?) Mengapakah masih peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur kemana-mana, hati masih diskusi sendiri?" Celakalah engkau yang sholat, yaitu engkau yang di dalam sholatmu lalai" Fawailulil musholin aladzinahum ansholatihim sahun". "Inna sholati li dzikri"
Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya.



"Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya"
Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu.
(syari'at tanpa hakekat adalah kosong sedang hakekat tanpa syari'at adalah batal)
Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.
"Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya.
(Lihatlah do'a Nabi Adam atau do'a Nabi Yunus a.s"Laa ilaha ila anta Subhanaka inni kuntum minadholimin", Tidak ada tuhan melainkan engkau yaa Alloh, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do'a Abunawas,' Ya Alloh kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga. Tetapi kalau aku kau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Alloh, maka terimalah saja taubatku)
Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat".
Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjung an ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah".
Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya
"Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang."Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban. "Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku". Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku"



"Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya.
Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya".
Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya.
"Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru. Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".
Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut.
"Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda."Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya."Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?"
(Menuruti orang itu memang nggak ada benernya, seperti kisah Luqman saat mendidik anaknya, diajaknya anaknya kepasar dengan membawa keledai. Awalnya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah di suatu desa. Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." . "Catat itu anakku "kata Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan keledai. Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu melihat mereka dengan mencemooh,"Lihat itu , jaman sudah edan, itulah contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai, sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti ini"."Catat itu anakku", kata Luqman lagi. Kini, dua-duanya berjalan kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki. Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu mencemooh,"Lihat itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada tunggangan keledai dibiarkan saja"."Catat itu anakku"kata Luqman . Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat mereka dan mencemooh,"Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya." Lukman berkata pada anaknya" Catat itu waahai anakku. Kalau engkau menuruti omongan orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka kuatkanlah keyakinanmu.)



MI'ROJ
Abu Yazid mengisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Alloh setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluq-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasiaNya dan menunjukkan kebesaranNya kepadaku.
Setelah menatap Alloh akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan CahayaNya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaranNya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaanNya. Di dalam Alloh segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan cemar.
Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Alloh. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaranNya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena kemahakuasaanNya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Alloh, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepadaNya.
Aku bertanya, "Ya Alloh, apakah ini?" Dia menjawab, "Semuanya adalah Aku, tidak ada sesuatupun juga kecuali Aku. Dan sesungguhnya tidak ada wujud selain wujudKu"
Kemudian Ia menjahit mataku sehingga aku tidak dapat melihat. Dia menyuruhku untuk merenungi akar permasalahan, yaitu diriNya sendiri. Dia meniadakan aku dari kehidupanNya sendiri, dan Ia memuliakan diriku.Kepadaku dibukakanNya rahasia diriNya sendiri sedikitpun tidak tergoyahkan oleh karena adaku. Demikianlah Alloh, Kebenaran Yang Tunggal menambahkan realitas kedalam diriku. Melalui Alloh aku memandang Alloh, dan kulihat Alloh didalam realitasNya.
Di sana aku berdiam dan beristirahat untuk beberapa saat lamanya. kututup telinga dari derap perjuangan. Lidah yang meminta-minta kutelan ke dalam tenggorokan keputusasaan. Kucampakkan pengetahuan yang telah kutuntut dan kubungkamkan kata hati yang menggoda kepada perbuatan-perbuatan aniaya. Di sana aku berdiam dengan tenang. Dengan karunia Alloh aku membuang kemewahan-kemewahan dari jalan yang menuju prinsip-prinsip dasar.
Alloh menaruh belas kasih kepadaku. Ia memberkahiku dengan pengetahuan abadi dan menanam lidah kebajikanNya ke dalam tenggorokanku. Untuk diciptakanNya sebuah mata dari cahayaNya, semua makhluk kulihat melalui Dia. Dengan lidah kebajikan itu aku berkata-kata kepada Alloh, dengan pengetahuan Alloh kuperoleh sebuah pengetahuan, dan dengan cahaya Alloh aku menatap kepadaNya.
Alloh berkata kepadaku, "Wahai engkau yang tak memiliki sesuatupun jua namun telah memperoleh segalanya, yang tak memiliki perbekalan namun telah memiliki kekayaan".
"YaAlloh"jawabku" Jangan biarkan diriku terperdaya oleh semua itu. Jangan biarkan aku puas dengan diriku sendiri tanpa mendambakan diri Mu. Adalah lebih baik jika Engkau menjadi milikku tanpa aku, daripada aku menjadi milikku sendiri tanpa Engkau.Lebih baik jika aku berkata-kata kepadaMu melalui Engkau, daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau".

Bermula dari sebuah forum diskusi virtual (Mailing List) di dunia maya/internet, yang kemudian Alloh berkata, "Oleh karena itu perhatikanlah hukumKu dan janganlah engkau melanggar perintah serta laranganKu, agar Kami berterima kasih akan segala jerih payahmu"
"Aku telah membuktikan imanku kepadaMu dan aku benar-benar yakin bahwa sesungguhnya Engkau lebih pantas untuk berterimakasih kepada diriMu sendiri dari pada kepada hambaMu. Bahkan seandainya Engkau mengutuk diriku ini, Engkau bebas dari segala perbuatan aniaya"
"Dari siapakah engkau belajar?", tanya Alloh."Ia Yang Bertanya lebih tahu dari ia yang ditanya",jawabku," karena Ia adalah Yang Dihasratkan dan Yang Menghasratkan, Yang Dijawab dan Yang Menjawab, Yang Dirasakan dan Yang Merasakan, Yang Ditanya dan Yang Bertanya".
Setelah Dia menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku mendengar seruan puas dari Aloh. Dia mencap diriku dengan cap kepuasanNya. Dia menerangi diriku, menyelamatkan diriku dari kegelapan hawa nafsu dan kecemaran jasmani. Aku tahu bahwa melalui Dialah aku hidup dan karena kelimpahanNya-lah aku bisa menghamparkan permadani kebahagiaan di dalam hatiku.
"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki", kata Alloh. "Engkaulah yang kuinginkan",jawabku, "karena Engkau lebih dari kemurahan dan melalui Engkau telah kudapatkan kepuasan di dalam Engkau. Karena Engkau adalah milikku, telah kugulung catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan. Janganlah Engkau jauhkan aku dari diriMu dan janganlah Engkau berikan kepadaku sesuatu yang lebih rendah daripada Engkau".
Beberapa lama Dia tak menjawab. Kemudian sambil meletakkan mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku, berkatalah Dia,:
"Kebenaranlah yang engkau ucapkan dan realitaslah yang engkau cari, karena itu engkau menyaksikan dan mendengarkan kebenaran". "Jika aku telah melihat".,kataku pula, "melalui Engkau-lah aku melihat, dan jika aku telah mendengar, melalui Engkaulah aku mendengar. Setelah Engkau, barulah aku mendengar".
Kemudian kuucapkan berbagai pujian kepadaNya. Karena itu Ia hadiahkan kepadaku sayap keagungan, sehingga aku dapat melayang-layang memandangi alam kebesaranNya dan hal-hal menakjubkan dari ciptaanNya. Karena mengetahui kelemahanku dan apa-apa yang kubutuhkan, maka Ia menguatkan diriku dengan perhiasan-perhiasanNya sendiri.
Ia menaruh mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan membuka pintu istana ketauhidan untukku. Setelah Ia melihat betapa sifat-sifatku tauhid ke dalam sifat-sifaNya, dihadiahkanNya kepadaku sebuah nama dari hadiratNya sendiri dan berkata-kata kepadaku dalam wujudNya sendiri. Maka terciptalah Tauhid Dzat dan punahlah perpisahan.
"Kepuasan Kami adalah kepuasanmu", kataNya, "dan kepuasanmu adalah kepuasan Kami. Ucapan-ucapanmu tak mengandung kecemaran dan tak seorangpun akan menghukummu karena ke-aku-anmu".

Kemudian Dia menyuruhku untuk merasakan hunjaman rasa cemburu dan setelah itu Ia menghidupkan aku kembali. Dari dalam api pengujian itu aku keluar dalam keadaan suci bersih. Kemudian Dia bertanya,: "Siapakah yang memiliki kerajaan ini" "Engkau", jawabku "Siapakah yang memiliki kekuasaan?" "Engkau", jawabku "Siapakah yang memiliki kehendak?" "Engkau", jawabku Karena jawaban-jawabanku itu persis seperti yang didengarkan pada awal penciptaan, maka ditunjukkanNya kepadaku betapa jika bukan karena belas kasihNya, alam semesta tidak akan pernah tenang, dan jika bukan karena cintaNya segala sesuatu telah dibinasakan oleh keMahaPerkasaanNya. Dia memandangku dengan mata Yang Maha Melihat melalui medium Yang Maha memaksa, dan segala sesuatu mengenai diriku sirna tak terlihat.
Di dalam kemabukan itu setiap lembah kuterjuni. Kulumatkan tubuhku ke dalam setiap wadah gejolak api cemburu. Kupacu kuda pemburuan di dalam hutan belantara yang luas. Kutemukan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada kepapaan dan tidak ada yang lebih baik dari ketidak berdayaan (fana-red). Tiada pelita yang lebih terang dari pada keheningan dan tiada kata-kata yang lebih merdu dari pada kebisuan. Dan tiada pula gerak yang lebih sempurna dari pada diam. Aku menghuni istana keheningan, aku mengenakan pakaian ketabahan, sehingga segala masalah terlihat sampai keakar-akarnya. Dia melihat betapa jasmani dan rohaniku bersih dari kilasan hawa nafsu, kemudian dibukakanNya pintu kedamaian di dalam dadaku yang kelam dan diberikanNya kepadaku lidah keselamatan dan ketauhidan.
Kini telah kumiliki sebuah lidah rahmat nan abadi, sebuah hati yang memancarkan nur ilahi, dan mata yang ditempa oleh tanganNya sendiri. Karena Dia-lah aku berbicara dan dengan kekuasaanNya-lah aku memegang. Karena melalui Dia aku hidup, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Menghidupi, maka aku tidak akan pernah mati. Karena telah mencapai tingkat keluhuran ini, maka isyaratku adalah abadi, ucapanku berlaku untuk selama-lamanya, lidahku adalah lidah tauhid dan ruhku adalah ruh keselamatan, ruh Islam,. Aku tidak berbicara mengenai diriku sendiri sebagai seorang pemberi peringatan. Dia-lah yang menggerakkan lidahku sesuai dengan kehendakNya, sedang aku hanyalah seseorang yang menyampaikan. Sebenarnya yang berkata-kata ini adalah Dia, bukan aku.
Setelah memuliakan diriku Dia berkata, "Hamba-hambaKu ingin bertemu denganmu". "Bukanlah keinginanku untuk menemui mereka", jawabku. "Tetapi jika Engkau menghendakiku untuk menemui mereka, maka aku tidak akan menentang kehendakMu. Hiaslah diriku dengan ke-esaanMu, sehingga apabila hamba-hambaMu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaanMu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta semata-mata, bukan diriku ini".
Keinginanku ini dikabulkanNya. DitaruhNya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku.
Setelah itu Dia berkata, "temuilah hamba-hambaKu itu".Akupun berjalan selangkah menjauhi hadiratNya. Tetapi pada langkah yang kedua aku jatuh terjerumus. Terdengarlah seruan,: "Bawalah kembali kekasihKu kemari. Ia tidak dapat hidup tanpa Aku dan tidak ada satu jalanpun yang diketahuinya kecuali jalan yang menuju Aku".

Setelah aku mencapai taraf tauhid Dzat-itulah saat pertama aku menatap Yang Esa-bertahun-tahun lamanya aku mengelana di dalam lembah yang berada dikaki bukit pemahaman. Akhirnya aku menjadi seekor burung dengan tubuh yang berasal dari ke-esa-an dan dengan sayap keabadian. Terus menerus aku melayang-layang di angkasa kemutlakan. Setelah terlepas dari segala sesuatu yang diciptakanNya, akupun berkata, " Aku telah sampai kepada Sang Pencipta. Aku telah kembali kepadaNya".
Kemudian kutengadahkan kepalaku dari lembah kemuliaan. Dahagaku kupuaskan seperti yang tak pernah terulang di sepanjang zaman. Kemudian selama tiga puluh ribu tahun aku terbang di dalam sifatNya yang luas, tigapuluh ribu tahun di dalam kemuliaan perbuatanNya, dan selama tiga puluh ribu tahun di dalam keesaan DzatNya. Setelah berakhir masa sembilan puluh ribu tahun, terlihat olehku Abu Yazid, dan segala yang terpandang olehku adalah aku sendiri.
Kemudian aku jelajahi empat ribu padang belantara. Ketika sampai diakhir penjelajahan itu terlihat olehku bahwa aku masih berada pada tahap awal kenabian. Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini".
Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di tapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan.
Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Alloh. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?. Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Alloh, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad. Walaupun aku telah berjumpa dengan Alloh, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad.
Kemudian Abu Yazid berkata, "Ya Alloh, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepadaMu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?"
Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad, si orang Arab. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya.
Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak Muhammad.

PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ
Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?"
"Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga".
Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu".
Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam".
Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan".
Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:
" Aku tidak mau mengganggu Syech Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini".
Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata".
"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya.
"Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya.

"Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi".
"Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu"
Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.
Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?"
Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya".
Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid.
"baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya.
Hatim Tuli-salah seorang waliyulloh masa itu-, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku".
Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku".


ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.
Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu".
"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati". "Mengapa demikian?",tanya si murid. "Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid."Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula.
"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid.
"Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".
"Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan".
"Maha besar Alloh!Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus simurid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu. "Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh".
"Mengapa begitu?",tanya si murid. "Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?". "Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan. "Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan. "Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya.
"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid. (Duhai, sadarlah aku bahwa kesombongan dalam diriku begitu tebal, betapa pentingnya aku, betapa mulianya aku, betapa orang lain berada lebih rendah dari aku.....lihat nggantengku, lihat kekayaanku, lihat kepandaianku,...lihat kekuatanku....lihat kekuasaanku......! Besi mesti dipanasi untuk dijadikan pedang, besi mesti ditempa untuk dibuat menjadi tajam. Batu kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan Laa illaha ilalloh". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilalloh' )


Bermula dari sebuah forum diskusi virtual (Mailing List) di dunia maya/internet, yang kemudian Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid.
"Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu"
"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".
"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh".
Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?"
. "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini".
"Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu RAJA PARA MISTIK".
Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku".
Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku".
"Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku"


Abu Yazid mengisahkan: Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan.
Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku.
Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku.
"Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?"
"Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?"
"Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!"
Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.
MASA AKHIR
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.
Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh:
" Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu.
Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak

pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan.
Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam.
Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu.
Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M..

KISAH ABU YAZID SANG RAJA PARA MISTIK
Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah."
MASA REMAJA
Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri.
Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku".
Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,
"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"
"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata".
"Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh.
Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh.
Kejadiannya adalah sebagai berikut:
Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur".
"malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tangaku kaku.
"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya.
"Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.
Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka"
"Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali".
(Wahai ingatkah kita di Qur'an Surat Al-Baqoroh 255) Sedang Alloh tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Mengapakah kita masih sering terlena??
Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,
"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu".
"Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid.
"Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?"
"Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela.Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini".
"Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai".
(Wahai, bagaimanakah saat kita sholat? Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa?) Mengapakah masih peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur kemana-mana, hati masih diskusi sendiri?" Celakalah engkau yang sholat, yaitu engkau yang di dalam sholatmu lalai" Fawailulil musholin aladzinahum ansholatihim sahun". "Inna sholati li dzikri"
Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya.
"Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya"
Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu.
(syari'at tanpa hakekat adalah kosong sedang hakekat tanpa syari'at adalah batal)
Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.
"Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya.
(Lihatlah do'a Nabi Adam atau do'a Nabi Yunus a.s"Laa ilaha ila anta Subhanaka inni kuntum minadholimin", Tidak ada tuhan melainkan engkau yaa Alloh, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do'a Abunawas,' Ya Alloh kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga. Tetapi kalau aku kau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Alloh, maka terimalah saja taubatku)
Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat".
Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjung an ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah".
Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya
"Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang.
"Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban.
"Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku".
Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku"
"Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya.
Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya".
Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya.
"Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.
Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".
Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut.
"Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda.
"Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya.
"Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?"
(Menuruti orang itu memang nggak ada benernya, seperti kisah Luqman saat mendidik anaknya, diajaknya anaknya kepasar dengan membawa keledai. Awalnya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah di suatu desa. Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." . "Catat itu anakku "kata Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan keledai. Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu melihat mereka dengan mencemooh,"Lihat itu , jaman sudah edan, itulah contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai, sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti ini"."Catat itu anakku", kata Luqman lagi. Kini, dua-duanya berjalan kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki. Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu mencemooh,"Lihat itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada tunggangan keledai dibiarkan saja"."Catat itu anakku"kata Luqman . Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat mereka dan mencemooh,"Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya." Lukman berkata pada anaknya" Catat itu waahai anakku. Kalau engkau menuruti omongan orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka kuatkanlah keyakinanmu.)
MI'ROJ
Abu Yazid mengisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Alloh setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluq-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasiaNya dan menunjukkan kebesaranNya kepadaku.
Setelah menatap Alloh akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan CahayaNya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaranNya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaanNya. Di dalam Alloh segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan cemar.
Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Alloh. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaranNya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena kemahakuasaanNya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Alloh, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepadaNya.
Aku bertanya, "Ya Alloh, apakah ini?"
Dia menjawab, "Semuanya adalah Aku, tidak ada sesuatupun juga kecuali Aku. Dan sesungguhnya tidak ada wujud selain wujudKu"
Kemudian Ia menjahit mataku sehingga aku tidak dapat melihat. Dia menyuruhku untuk merenungi akar permasalahan, yaitu diriNya sendiri. Dia meniadakan aku dari kehidupanNya sendiri, dan Ia memuliakan diriku.
Kepadaku dibukakanNya rahasia diriNya sendiri sedikitpun tidak tergoyahkan oleh karena adaku. Demikianlah Alloh, Kebenaran Yang Tunggal menambahkan realitas kedalam diriku. Melalui Alloh aku memandang Alloh, dan kulihat Alloh didalam realitasNya.
Di sana aku berdiam dan beristirahat untuk beberapa saat lamanya. kututup telinga dari derap perjuangan. Lidah yang meminta-minta kutelan ke dalam tenggorokan keputusasaan. Kucampakkan pengetahuan yang telah kutuntut dan kubungkamkan kata hati yang menggoda kepada perbuatan-perbuatan aniaya. Di sana aku berdiam dengan tenang. Dengan karunia Alloh aku membuang kemewahan-kemewahan dari jalan yang menuju prinsip-prinsip dasar.
Alloh menaruh belas kasih kepadaku. Ia memberkahiku dengan pengetahuan abadi dan menanam lidah kebajikanNya ke dalam tenggorokanku. Untuk diciptakanNya sebuah mata dari cahayaNya, semua makhluk kulihat melalui Dia. Dengan lidah kebajikan itu aku berkata-kata kepada Alloh, dengan pengetahuan Alloh kuperoleh sebuah pengetahuan, dan dengan cahaya Alloh aku menatap kepadaNya.
Alloh berkata kepadaku, "Wahai engkau yang tak memiliki sesuatupun jua namun telah memperoleh segalanya, yang tak memiliki perbekalan namun telah memiliki kekayaan".
"YaAlloh"jawabku" Jangan biarkan diriku terperdaya oleh semua itu. Jangan biarkan aku puas dengan diriku sendiri tanpa mendambakan diri Mu. Adalah lebih baik jika Engkau menjadi milikku tanpa aku, daripada aku menjadi milikku sendiri tanpa Engkau.Lebih baik jika aku berkata-kata kepadaMu melalui Engkau, daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau".
Alloh berkata, "Oleh karena itu perhatikanlah hukumKu dan janganlah engkau melanggar perintah serta laranganKu, agar Kami berterima kasih akan segala jerih payahmu"
"Aku telah membuktikan imanku kepadaMu dan aku benar-benar yakin bahwa sesungguhnya Engkau lebih pantas untuk berterimakasih kepada diriMu sendiri dari pada kepada hambaMu. Bahkan seandainya Engkau mengutuk diriku ini, Engkau bebas dari segala perbuatan aniaya"
"Dari siapakah engkau belajar?", tanya Alloh.
"Ia Yang Bertanya lebih tahu dari ia yang ditanya",jawabku," karena Ia adalah Yang Dihasratkan dan Yang Menghasratkan, Yang Dijawab dan Yang Menjawab, Yang Dirasakan dan Yang Merasakan, Yang Ditanya dan Yang Bertanya".
Setelah Dia menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku mendengar seruan puas dari Aloh. Dia mencap diriku dengan cap kepuasanNya. Dia menerangi diriku, menyelamatkan diriku dari kegelapan hawa nafsu dan kecemaran jasmani. Aku tahu bahwa melalui Dialah aku hidup dan karena kelimpahanNya-lah aku bisa menghamparkan permadani kebahagiaan di dalam hatiku.
"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki", kata Alloh. "Engkaulah yang kuinginkan",jawabku, "karena Engkau lebih dari kemurahan dan melalui Engkau telah kudapatkan kepuasan di dalam Engkau. Karena Engkau adalah milikku, telah kugulung catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan. Janganlah Engkau jauhkan aku dari diriMu dan janganlah Engkau berikan kepadaku sesuatu yang lebih rendah daripada Engkau".
Beberapa lama Dia tak menjawab. Kemudian sambil meletakkan mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku, berkatalah Dia,:
"Kebenaranlah yang engkau ucapkan dan realitaslah yang engkau cari, karena itu engkau menyaksikan dan mendengarkan kebenaran". "Jika aku telah melihat".,kataku pula, "melalui Engkau-lah aku melihat, dan jika aku telah mendengar, melalui Engkaulah aku mendengar. Setelah Engkau, barulah aku mendengar".
Kemudian kuucapkan berbagai pujian kepadaNya. Karena itu Ia hadiahkan kepadaku sayap keagungan, sehingga aku dapat melayang-layang memandangi alam kebesaranNya dan hal-hal menakjubkan dari ciptaanNya. Karena mengetahui kelemahanku dan apa-apa yang kubutuhkan, maka Ia menguatkan diriku dengan perhiasan-perhiasanNya sendiri.
Ia menaruh mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan membuka pintu istana ketauhidan untukku. Setelah Ia melihat betapa sifat-sifatku tauhid ke dalam sifat-sifaNya, dihadiahkanNya kepadaku sebuah nama dari hadiratNya sendiri dan berkata-kata kepadaku dalam wujudNya sendiri. Maka terciptalah Tauhid Dzat dan punahlah perpisahan.
"Kepuasan Kami adalah kepuasanmu", kataNya, "dan kepuasanmu adalah kepuasan Kami. Ucapan-ucapanmu tak mengandung kecemaran dan tak seorangpun akan menghukummu karena ke-aku-anmu".
Kemudian Dia menyuruhku untuk merasakan hunjaman rasa cemburu dan setelah itu Ia menghidupkan aku kembali. Dari dalam api pengujian itu aku keluar dalam keadaan suci bersih. Kemudian Dia bertanya,: "Siapakah yang memiliki kerajaan ini"
"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kekuasaan?"
"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kehendak?"
"Engkau", jawabku
Karena jawaban-jawabanku itu persis seperti yang didengarkan pada awal penciptaan, maka ditunjukkanNya kepadaku betapa jika bukan karena belas kasihNya, alam semesta tidak akan pernah tenang, dan jika bukan karena cintaNya segala sesuatu telah dibinasakan oleh keMahaPerkasaanNya. Dia memandangku dengan mata Yang Maha Melihat melalui medium Yang Maha memaksa, dan segala sesuatu mengenai diriku sirna tak terlihat.
Di dalam kemabukan itu setiap lembah kuterjuni. Kulumatkan tubuhku ke dalam setiap wadah gejolak api cemburu. Kupacu kuda pemburuan di dalam hutan belantara yang luas. Kutemukan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada kepapaan dan tidak ada yang lebih baik dari ketidak berdayaan (fana-red). Tiada pelita yang lebih terang dari pada keheningan dan tiada kata-kata yang lebih merdu dari pada kebisuan. Dan tiada pula gerak yang lebih sempurna dari pada diam. Aku menghuni istana keheningan, aku mengenakan pakaian ketabahan, sehingga segala masalah terlihat sampai keakar-akarnya. Dia melihat betapa jasmani dan rohaniku bersih dari kilasan hawa nafsu, kemudian dibukakanNya pintu kedamaian di dalam dadaku yang kelam dan diberikanNya kepadaku lidah keselamatan dan ketauhidan.
Kini telah kumiliki sebuah lidah rahmat nan abadi, sebuah hati yang memancarkan nur ilahi, dan mata yang ditempa oleh tanganNya sendiri. Karena Dia-lah aku berbicara dan dengan kekuasaanNya-lah aku memegang. Karena melalui Dia aku hidup, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Menghidupi, maka aku tidak akan pernah mati. Karena telah mencapai tingkat keluhuran ini, maka isyaratku adalah abadi, ucapanku berlaku untuk selama-lamanya, lidahku adalah lidah tauhid dan ruhku adalah ruh keselamatan, ruh Islam,. Aku tidak berbicara mengenai diriku sendiri sebagai seorang pemberi peringatan. Dia-lah yang menggerakkan lidahku sesuai dengan kehendakNya, sedang aku hanyalah seseorang yang menyampaikan. Sebenarnya yang berkata-kata ini adalah Dia, bukan aku.
Setelah memuliakan diriku Dia berkata, "Hamba-hambaKu ingin bertemu denganmu". "Bukanlah keinginanku untuk menemui mereka", jawabku. "Tetapi jika Engkau menghendakiku untuk menemui mereka, maka aku tidak akan menentang kehendakMu. Hiaslah diriku dengan ke-esaanMu, sehingga apabila hamba-hambaMu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaanMu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta semata-mata, bukan diriku ini".
Keinginanku ini dikabulkanNya. DitaruhNya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku.
Setelah itu Dia berkata, "temuilah hamba-hambaKu itu".
Akupun berjalan selangkah menjauhi hadiratNya. Tetapi pada langkah yang kedua aku jatuh terjerumus. Terdengarlah seruan,:
"Bawalah kembali kekasihKu kemari. Ia tidak dapat hidup tanpa Aku dan tidak ada satu jalanpun yang diketahuinya kecuali jalan yang menuju Aku".
Setelah aku mencapai taraf tauhid Dzat-itulah saat pertama aku menatap Yang Esa-bertahun-tahun lamanya aku mengelana di dalam lembah yang berada dikaki bukit pemahaman. Akhirnya aku menjadi seekor burung dengan tubuh yang berasal dari ke-esa-an dan dengan sayap keabadian. Terus menerus aku melayang-layang di angkasa kemutlakan. Setelah terlepas dari segala sesuatu yang diciptakanNya, akupun berkata, " Aku telah sampai kepada Sang Pencipta. Aku telah kembali kepadaNya".
Kemudian kutengadahkan kepalaku dari lembah kemuliaan. Dahagaku kupuaskan seperti yang tak pernah terulang di sepanjang zaman. Kemudian selama tiga puluh ribu tahun aku terbang di dalam sifatNya yang luas, tigapuluh ribu tahun di dalam kemuliaan perbuatanNya, dan selama tiga puluh ribu tahun di dalam keesaan DzatNya. Setelah berakhir masa sembilan puluh ribu tahun, terlihat olehku Abu Yazid, dan segala yang terpandang olehku adalah aku sendiri.
Kemudian aku jelajahi empat ribu padang belantara. Ketika sampai diakhir penjelajahan itu terlihat olehku bahwa aku masih berada pada tahap awal kenabian. Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini".
Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di tapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan.
Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Alloh. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?. Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Alloh, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad. Walaupun aku telah berjumpa dengan Alloh, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad.
Kemudian Abu Yazid berkata, "Ya Alloh, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepadaMu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?"
Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad, si orang Arab. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya.
Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak Muhammad.

PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ
Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?"
"Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga".
Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu".
Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam".
Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan".
Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:
" Aku tidak mau mengganggu Syech Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini".
Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata".
"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya.
"Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya.
"Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi".
"Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu"
Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.
Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?"
Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya".
Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid.
"baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya.
Hatim Tuli-salah seorang waliyulloh masa itu-, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku".
Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku".
ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.
Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu".
"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati".
"Mengapa demikian?",tanya si murid.
"Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid.
"Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula.
"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid.
"Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".
"Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan".
"Maha besar Alloh!Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus simurid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu.
"Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh".
"Mengapa begitu?",tanya si murid.
"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?".
"Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan.
"Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan.
"Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya.
"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid.
(Duhai, sadarlah aku bahwa kesombongan dalam diriku begitu tebal, betapa pentingnya aku, betapa mulianya aku, betapa orang lain berada lebih rendah dari aku.....lihat nggantengku, lihat kekayaanku, lihat kepandaianku,...lihat kekuatanku....lihat kekuasaanku......! Besi mesti dipanasi untuk dijadikan pedang, besi mesti ditempa untuk dibuat menjadi tajam. Batu kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan Laa illaha ilalloh". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilalloh' )
"Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid.
"Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu"
"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".
"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh".
Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?"
. "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini".
"Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu RAJA PARA MISTIK".
Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku".
Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku".
"Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku"
Abu Yazid mengisahkan:
Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku.
Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku.
"Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?"
"Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?"
"Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!"
Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.
MASA AKHIR
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.
Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh:
" Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu.
Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan.
Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu.
Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M.
Ditayangkan oleh: "huttaqi" huttaqi@sby.dnet.net.id